-->
  • Re

    credit to  +Guntur


    "Halo"
    "Hi"

    "Bagaimana kabarmu? Baik?"

    "Iya"
    "Ah, baguslah"


    Dan suara di seberang telepon itu pun tidak terdengar lagi. Kamu menutupnya.

    ***

    Aku tahu, kamu yang memutuskan untuk pergi. Ah tidak, lebih tepatnya membiarkannya pergi dan tidak mengejarnya kembali, bukan? Dan ternyata apa sekarang kamu sadar, ini tidak semudah yang kamu pikirkan ketika mengepak pakaian mu ke dalam koper, memesan penerbangan paling pagi untuk pulang, dan berakhir dengan menangis semalaman? 


    Aku tak akan bertanya padamu apa kamu mencintainya. Aku tahu kamu masih mencintainya meski tak ingin. Seperti mug putih berisi teh hangat yang kamu gunakan tiap pagi, waktu berlalu dan teh itu meninggalkan bercak di sana. Bahkan kamu tetap bisa merasakan hangatnya hanya dengan melihat bercak itu, bukan?

    Life can only be understood backwards, but it must be live forward. Kamu menyakinkan dirimu sendiri. Diam - diam kamu menghitung kebodohan - kebodohan yang kamu lakukan tentangnya. Berapa banyak hari yang kamu gunakan untuk merapal mantra untuk tetap berada di sisinya. Berapa banyak hari yang kamu relakan untuknya. Berapa banyak hari yang kamu gunakan untuk membohongi dirimu sendiri. Untuk apa kamu lakukan itu, mau membakar daftar panjang kebodohan itu?

    Tapi kamu harus tahu bagaimana Tuhan menganugerahkan ingatan yang baik tentang perasaan kepada kita. Hanya dengan melihat dia, segala ingatan tentang masa lalu mu seakan berbentuk slideshow tepat dihadapanmu. Saat kalian pertama kali bertemu, pelukan - pelukan hangatnya, tempat - tempat yang pernah kamu kunjungi bersamanya, dan berakhir dengan tayangan saat dia bilang dia tidak bisa terus bersamamu. Matamu mengerjap, dan yang ada di hadapanmu masih dia dengan senyuman khas yang diam - diam kamu rindukan.


    Seharusnya aku menyadarkan mu kalau sosok itu nyata. Membiarkan dirimu mematung seperti ini membuatku gemas. Apa yang ku bilang tadi, ini tidak sederhana. Kamu terlalu mencintainya dan melupakannya jelas pekerjaan yang sia - sia, Tuhan belum mengenalkanmu dengan amnesia, semua tentangnya masih berada di tempat semula.


    Tolong, tersenyumlah. Apa aku sudah bilang kalau hidup juga tidak mudah untuknya setelah kamu meninggalkannya? Kenapa sekarang jadi sulit sekali memulai pembicaraan dengannya?


    ***





    A.N : Dedicated to Guntur, but the story is not about him (and not about me too :p). I just felt hurt after looking at his picture and ended up with this post, hahaha.


    The title is inspired by 'Re' by Nils Frahm.

    (just) be happy people.



    Love,

    -iMa

  • You might also like

    No comments:

    Post a Comment