Aku benci suaranya.
Aku benci sosoknya.
Aku benci apa yang dia pakai.
Aku benci aroma parfumnya.
Aku benci hari ini.
Aku benci kata kangen itu.
Aku benci telah menyukainya.
Aku benci telah membuang waktu untuk memikirkannya.
Aku benci dia yang tiba – tiba menghilang.
Aku benci karena aku tidak dapat membencinya.
Sedari tadi entah sudah berapa sms dan telepon
yang masuk ke hapeku, sebagian ucapan selamat ulang tahun yang hanya ku balas ‘terima
kasih’ untuk basa – basi. Aku tahu ini hari yang istimewa, dan harusnya aku
bahagia.
Kamu pernah membenci seseorang? Bagaimanapun
orang yang kamu benci itu adalah orang yang kamu pikirkan. Seperti aku, di saat
seperti ini, aku malah ingat orang itu.
Membuat moodku jatuh puluhan level ke bawah.
Beberapa saat akhirnya aku dengar ringtone
itu, ringtone yang berbeda dengan ringtone yang bernyanyi sedari tadi. Lalu aku
melihat namanya. Kebetulan sekali bukan? Sigh! Kenapa juga contactnya masih ku
simpan?
“Anass…
happy birthday!”.
Suara itu, suaranya, suara yang sama. Suara yang selalu membuat kupu – kupu di
perutku beterbangan.
Aku ingin melompat, berteriak tentang betapa
bahagianya aku mendengar suara itu. Tentang betapa bahagianya tahu dia ingat
hari ulang tahunku. “Eh..Makasih Dim.“. Aku tidak mampu berkata lagi.
“Udah
lama ya Nas?”.
Pertanyaan yang sama. Tapi kenapa harus tepat hari ini? Ketika aku berusaha
melupakannya. Betapa sia – sianya karena suara itu akhirnya menghadirkan sosok orang itu di hadapanku.
“Iya
Dim.”
Rambut acak
– acakan itu, tubuh tinggi itu, kemeja biru yang biasa dia pakai, sepatu adidas
putih nya, aroma parfum nya, sekarang sempurna ada di hadapanku, membuatku
bergeming.
“Aku
kangen sama kamu, Nas”.
Deg. Dari sekian kata yang bisa dia ucapkan, kenapa malah memilih kata itu?
“Hah?
Hahaha..”.
Aku memaksa tertawa, aku tahu pasti suaraku terdengar aneh. Tapi ini memang
aneh, orang itu, orang yang sudah
membuatku mulai menyukainya, dia yang sudah membuatku membuang waktu dengan
memikirkannya, dia yang tiba – tiba menghilang.
“Besok aku balik
ke Jakarta, Nas.”
Lalu
sekarang apalagi yang bisa aku lakukan? Aku benar – benar membencinya.
Love,
-Ima :)
*true or not true? Mihihi :p
No comments:
Post a Comment