-->
  • BOOK REVIEW : Sabtu Bersama Bapak (Adhitya Mulya)


    Original Title : Sabtu Bersama Bapak
    ISBN : 9797807215 (ISBN13: 9789797807214)
    Edition Language : Indonesian
    URL : http://www.gagasmedia.net/atikel-buku/34-buku-baru/1289-sabtu-bersama-bapak
    Literary Awards : Anugerah Pembaca Indonesia Nominee for Buku dan Penulis Fiksi Terfavorit - Shortlist (2014)

    Let's take a break dari postingan liburan :)
    Pertama kali tau buku ini di salah satu DP teman di BBM, dan tiap kali ke toko buku, entah kenapa mengurungkan niat untuk membelinya. Dan, berbulan - bulan kemudian, teman yang lain memasang buku ini di DP BBMnya, saya jadi merasa "hoa, ada something nih di buku ini", karena yaa, dua orang yang memasang DP itu bukan yang biasa berbagi buku dengan saya *ceritanya baru ngeh juga kalo mereka ternyata baca buku* *dikeplak*. 

    Benang merah buku ini tentang bagaimana persiapan Pak Gunawan sebelum meninggal karena kanker untuk keluarganya : istri dan kedua anaknya, melalui rekaman - rekaman video yang selanjutnya ditonton tiap hari sabtu oleh mereka. Saya jadi sedikit iri dengan Satya dan Saka, yang mendapatkan dokumentari dari Bapaknya. Pasti akan menyenangkan meluangkan tiap sabtu dengan video dari Ayah, selintas saya terpikir hal itu. But well, I learn a lot from my father without it, eventhough. 
    I don't let death take these, away from us
    I don't give death, a chance
    - Pak Gunawan, pg. 5
    Bab - bab yang di sajikan bergantian antara Satya - Saka - sedikit Ibu Itje. Tentang Satya, yang jadi suami pemarah tapi punya istri cantik dan sabar bernama Rissa. Tentang Saka yang sukses di awal usia 30 tahunnya tapi susah jodoh, menyatakan 3 kali tapi di tolak 4 kali, haha. Tentang Ibu Itje yang menyimpan rahasia nya sendirian, dalam - dalam. Atau tentang persoalan umum yang kadang terlewat dari kita. 

    Kayaknya serius banget? Hmm, tidak juga. Untuk pesan agak berat dan lumayan banyak yang di dapat, buku ini ringan untuk dibaca. Meskipun agak roller coster juga dari yang agak ngejlebso sweet, mulai nangis, sampai ketawa. Poin terakhir, seorang Adhitya Mulya tentu saja tidak lepas dari komedi bukan? Catatan - catatan kaki yang tersebar aja udah bisa bikin senyum sendiri, apalagi dari obrolan teman sekantor Saka :)
    Pagi, Pak Cakra
    Pagi, Wati
    Udah sarapan, Pak?
    Udah, Wati
    Udah punya pacar, Pak?
    Diam kamu, Wati
    Pagi, Pak
    Pagi, Firman
    Pak mau ngingetin dua hal aja, Bapak ada induksi untuk pukul 9 nanti di ruang meeting
    Oh, iya. Thanks. Satu lagi apa?
    Mau ngingetin aja, Bapak masih jomblo
    Enyah, kamu
    Bab - bab mewek itu apalagi kalo bukan ketika rekaman - rekaman Bapak diputar (apalagi rekaman terakhir, saya sampai nggak rela kok udah habis halamannya, me want moreee!). Atau ketika part Ibu Itje yang berjuang sendirian (terus jadi kepengen pulang, inget sama ibu). Atau soal Rissa yang tidak menginginkan Satya pulang, yang pada akhirnya membuat Satya sadar selama ini dia terlalu egois, bagaimana seharusnya bukan karena dia kepala keluarga dia jadi raja, tapi dia tidak boleh lupa bahwa ada seorang istri yang juga berada di perahu yang sama, anak - anak yang ada diantara mereka.
    Ketika orang dewasa mendapatkan atasan yg buruk, mereka akan selalu punya pilihan untuk cari kerja yang lain.
    Atau paling buruk, resign dan mengganggur. Intinya, selalu ada pilihan untuk tidak berurusan dengan orang buruk.
    Anak? Mereka tidak pernah minta dilahirkan oleh orangtua buruk. Dan ketika mereka mendapatkan orangtua yang pemarah, mereka tidak dapat menggantinya.
    - pg. 60 
    We all love you.
    But the question is, do you love us?
    - Rissa, pg. 28
    Bab - bab so sweet bisa ditemukan di kisah Saka (yang notabene terlihat biasa aja meski sukses) pedekate sama Ayu, dari di bandingkan dengan si Salman sang casanova - million dollar man yang sekilas udah keliatan kalah telak, sampai bisa membuat si Ayu melting dan tidak bisa berpaling *ceilah*. Atau tentang bagaimana Ayu belajar masak untuk Saka. Cerita pasangan ini jadi favorit saya sepanjang buku. Karena yaa kalo dibandingkan cerita Satya-Rissa yang sudah menikah, mereka ini kan pasangan dewasa yang sudah memikirkan pernikahan, jadi yaa.. diumur sekarang ini ya.. ahsudahlah.
    "..membangun sebuah hubungan itu butuh dia orang yang solid. Yang sama - sama kuat. Bukan yang saling ngisi kelemahan, Yu"
    "..."
    "Karena untuk jadi kuat, adalah tanggung jawab masing orang. Bukan tanggung jawab orang lain"
    "..."
    "Tiga dikurang tiga berapa, Yu?"
    "Nol."
    "Nah. Misal saya gak kuat agamanya. Lantas saya cari pacar yang kuat agamanya. Pernikahan kami akan habis waktunya dengan si kuat melengkapi yang lemah."
    "..."
    "Padahal setiap orang sebenarnya wajib menguatkan agama. Terlepas dari siapapun jodohnya."
    "Tiga dikali tiga berapa, Yu?"
    Find someone complimentary, not supplementary.
    - Saka, Ayu - pg. 217
    "Mas pernah bilang, bagi Mas, saya itu perhiasan dunia akhirat"
    "Iya."
    "Kenapa bisa bilang begitu?"
    "Kamu pintar. That goes without question. Kamu cantik. Itu jelas."
    "Itu semua dunia."
    "Dan karena pada waktunya, saya selalu lihat sepatu kamu di musala perempuan."
    - Saka, Ayu - pg. 229 
    "Saya bosan gini-gini aja sama kamu. Kamu mau gak jadi istri saya?"
    - Saka, Ayu - pg. 257
    Saya pengennya Saka bilang itu ke sayaaa.. *desperate detected*

    Buat yang mau nikah, hmm, maksudnya udah ada calon dan akan menikah dalam waktu dekat. Beberapa percakapan ini mungkin bisa jadi pertimbangan sebagai bagian dari perencanaan *halah bahasaku -_-*. Udah yakin nggak pasanganmu itu orang yang tepat *kabur :p
    Menikah itu banyak tanggung jawabnya. Rencanakan. Rencanakan untuk kalian. Rencanakan untuk anak-anak kalian.
    - Pak Gunawan, pg. 21 
    Ketika seorang laki-laki dan perempuan menikah, laki- laki itu meminta banyak dari perempuan.
    Saya pilih kamu.Tolong pilih saya, untuk menghabiskan sisa hidup kamu. Dan saya akan menghabiskan sisa hidup saya bersama kamu.
    Percayakan hidup kamu pada saya. Dan saya penuhi tugas saya padamu,nafkah lahir dan batin.
    Pindahkan baktimu. Tidak lagi baktimu kepada orangtuamu. Baktimu sekarang pada saya.
    - Saka, Ayu - pg. 220-221
    Bab - bab tentang hal yang terlewat entah kenapa membuat saya membandingkan masa kecil saya dengan masa kecil anak - anak jaman sekarang yang udah terpengaruh oleh sinetron yang entah sudah apa saja judulnya, yang cerita kisah cintanya udah mulai dari esempe, alay dan gegayaan sekali *sotoy sih, padahal cuma ngeliatin iklannya, hahaha*.
    Harga diri kita tidak datang dari barang yang kita pakai.
    Tidak datang dari barang yang kita punya.
    Harga diri kita, datang dari akhlak kita
    - pg. 119, 120
    Tapi, ini juga mengingatkan saya pada masa baru lulus kuliah (dan yah, sampai sekarang masih berlangsung sepertinya). Tentang bagaimana kita harus bermimpi, bagaimana kita harusnya memilih jurusan dengan tepat, bagaimana IPK itu antara penting nggak penting yang ada di bab 'Terima kasih atas perhatiannya'.
    Bayangkan ingin jadi apa kalian dua puluh tahun dari sekarang.
    Lalu runut balik ke masa sekarang, apa yang harus kalian lakukan agar mimpi itu terjadi.
    Alat bantu apa yang kalian harus miliki untuk membantu kalian.
    - pg. 151
    After all, buku ini saya anjurkan untuk kalian baca. Menjawab pertanyaan diawal : buku ini emang sesuatu! Buku ini cocoklah untuk kalian para twenty-something seperti saya, haha. Tapi bisa juga sih untuk remaja ataau.. orang tua sekali pun! Yah, para orang tua bisa belajar parenting dari Pak Gunawan dan Ibu Itje, dan kita bisa belajar dari anak - anak mereka (yang diceritakan berusia 30 tahunan). Ringan tapi tetap menyentil, religius tanpa mendikte. Dan sebenarnya, saya nggak nyangka aja sih sampai - sampai saya membuat banyak sekali catatan dari kutipan di buku ini (bahkan ini nggak semua loh saya sertakan disini), hehe.


    P.S : Segera ke toko buku atau pinjam buku temanmu :p.

    Love,
    - iMa



  • You might also like

    6 comments:

    1. Langsung nonton film nya juga asik .
      duh gak sabar.
      Nice review nih

      ReplyDelete
      Replies
      1. Thank you!
        Semoga nanti nonton filmnya semenyenangkan baca bukunya xD

        Delete
    2. Nice posting mba! sesama "Twenty something", aku juga rekomendasiin Sabtu Bersama Bapak buat dibaca :)
      Pengen bikin book review juga nih, kebetulan dgn cover yg terbaru setelah difilmkan huehehe...

      Btw, followback dong mba di onix-octarina.blogspot.com :)

      ReplyDelete
      Replies
      1. Hehe, toss dulu :p
        Review filmnya aja hahaha.

        done, followed!

        Delete